HARIAN WARTA – Guna mencegah terpaparnya pengaruh ekstrimisme, yang berujung pada aksi terorisme pada para Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri, Migrant Care melakukan kerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT).

Para pekerja migran ini diberikan sosialisasi seperti apa pengaruh ekstrimisme di negara tempat mereka bekerja.

Sosialisasi sendiri digelar di aula hotel Mexolie Kebumen, Jumat (6/12/2024) bersama dengan komunitas Desa Peduli Buruh Migran (Desbumi). Migrant Care juga menghadirkan pembicara dari BNPT.

Sosialisasi itu dilakukan, guna melakukan pencegahan sejak dini masuknya tindakan-tindakan ekstrimisme berbasis kekerasan kepada para pekerja migran.

“Jadi kegiatan hari ini tujuannya adalah untuk menyebarluaskan informasi mengenai pentingnya pencegahan sejak dini upaya atau tindakan-tindakan ekstrimisme berbasis kekerasan,” kata Senior Program Manager Migrant Care Jakarta, Mulyadi di sela-sela kegiatan.

Dari data BNPT, banyak negara tujuan pekerja migran Indonesia yang menjadi sasaran para ekstrimis untuk menyebarluaskan paham terorisme, seperti Korea Selatan, Singapura, Hongkong dan Taiwan. Bahkan BNPT mencatat sudah ada 117 pekerja migran Indonesia yang telah terpapar paham terorisme, dan harus dideportasi dari negara tempat mereka bekerja.

“Negara yang terpapar itu Korea Selatan, Singapura, Hongkong, Taiwan yang paling banyak, dan di datanya BNPT tahun lalu itu sekitar 94 di tahun 2023. Hingga 2024 yang terpapar ada sekitar 117 pekerja migran kita yang terpapar paham terorisme,” ungkapnya.

Menurut Mulyadi, pintu masuk paham terorisme ini banyak yang berupa tontonan di laman media sosial, maupun pemahaman beragama yang salah. Untuk itu, hal tersebut perlu dicegah sejak dini, agar buruh migran Indonesia terlindung dari paham terorisme, dan bisa bekerja dengan baik di negara tujuan mereka.

“Upaya-upaya ini perlu disebarluaskan secara masif kepada masyarakat supaya tidak ada lagi pekerja migran kita yang terpaparĀ  kepada ekstrimisme yang berbasis terorisme,” pungkasnya.