HARIAN WARTA, Kebumen – Ramainya pedagang kaki lima (PKL) semakin hari semakin semrawut, tumpah-ruah di seputaran Alun-alun Kota Kebumen, dengan semakin ramainya pedagang kaki lima di Alun-alun diduga menjadi peluang sasaran empuk beberapa pelaku pungutan liar alias pungli. Para pedagang kaki lima yang berjualan diduga dipungut sejumlah uang kebersihan, pendaftaran dan pembuatan KTA pedagang kaki lima oleh beberapa oknum yang mengaku sebagai paguyuban.
Informasi dari pedagang kaki lima, inisial D, mereka harus membayar uang kebersihan sejumlah 5.000 per Minggu ke salah satu oknum paguyuban.
“Biasanya kalau malam Minggu, itu ada tarikan uang kebersihan sebesar 5.000,” jelasnya, pada Kamis, 23 Januari 2025, malam.
Selain itu, menurut PKL yang berinisial A, kalau mau jualan di Alun-alun harus daftar ke Pak Bambang yang mengaku dari pengurus paguyuban.
“Biaya untuk pendaftaran, kalau orang sini bayar sebesar Rp. 35.000, tidak tahu kedepannya, serakarang ini saja sudah 167 orang,” jelasnya.
Setelah mendaftar nantinya akan diberi KTA, cuman kalau yang dagang satu tim, semisal lima orang, yang akan mempunyai KTA hanya satu orang saja, yang penting gerobag sudah terdaftar.
“Sementara untuk waktu jualannya mereka membebaskan, mau jam berapa saja diperbolehkan, bahkan kalau Hari Sabtu dan Hari Minggu ada yang nyampai pagi juga karena banyak pengunjung yang main ke sini,” jelasnya.
Selain dari oknum yang disebut diatas, hasil investigasi jurnalis dilapangan ada beberapa oknum lain yang ikut menarik pungutan kepada para PKL seputar alun-alun, diantara nama-nama tersebut yakni Bs, Sl, Bu Wdy, Fs yang mengaku mengatas namakan paguyuban. Besaran pungutan juga bervariasi, ada yang yang Rp. 10.000, Rp. 35.000, dan bahkan sampai Rp. 200.000.
Diberitakan sebelumnya, gerobak para PKL terlihat berjejer persis di pinggir lintasan lari. Bahkan sebagian lapak mereka juga menyerobot jalur khusus disabilitas. Sedangkan di bagian lapangan alun-alun, tampak berdiri berbagai wahana permainan. Padahal tempat tersebut biasanya kerap digunakan untuk latihan sepak bola.
Keberadaan para PKL di alun-alun ini berlangsung mulai sore hingga malam. Di pagi hari atau jam dinas, alun-alun terlihat sepi dari PKL. Mereka baru mulai membuka lapak sekitar pukul 15.00.
“Masa iya mau olahraga tumbrung (berbaur) sama pedagang. Kan lucu,” ungkap seorang pengunjung, Adrian Maheswara, Selasa, 21 Januari 2025.
Dia meminta agar pemerintah daerah tak menutup mata melihat kesemrawutan tersebut. Tindakan tegas menurutnya juga perlu dilakukan jika pedagang terbukti menyalahi aturan.
“Setahu saya alun-alun itu steril pedagang. Nah ini kok malah membludak,” ucapnya.
Tinggalkan Balasan